Beranda | Artikel
Belajar Tauhid at-Tarbiyah [bagian 3]
Jumat, 7 Oktober 2016

Bismillah.

Alhamdulillah, kaum muslimin yang dirahmati Allah, kita berjumpa kembali dalam pelajaran tauhid, masih membahas seputar keutamaan urgensi tauhid dalam kehidupan kita.

Tauhid adalah tujuan penciptaan jin dan manusia. Tauhid menjadi misi utama dakwah para rasul. Dan tauhid juga menjadi materi paling penting yang harus diajarkan, karena tauhid inilah asas agama Islam dan syarat diterimanya amalan, bahkan tauhid inilah syarat untuk masuk surga.

Dalam hadits yang sahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ketika mengutusnya untuk berdakwah ke Yaman, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka ialah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari)

Hadits yang agung ini merupakan pedoman dalam hal dakwah. Sebab di dalamnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggariskan manhaj dan cara dalam berdakwah yang benar; yaitu dengan memprioritaskan materi tauhid dan aqidah sebelum materi dakwah yang lainnya. Sebagaimana sudah kita ketahui bersama karena tauhid adalah syarat diterimanya semua amalan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka kerjakan kemudian Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.” (al-Furqan : 23). Ayat ini menunjukkan bahwa sebesar apa pun amalan jika tidak disertai dengan iman dan tauhid maka ia akan sia-sia.

Apabila kita telah mengetahui hal ini, maka dakwah tauhid merupakan pelajaran yang dibutuhkan oleh setiap insan di muka bumi ini. Bagaimana tidak? Sementara Allah ciptakan mereka untuk mentauhidkan-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Tauhid inilah keadilan terbesar yang harus ditegakkan, sedangkan syirik merupakan kezaliman terberat yang harus diberantas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas setiap hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karena itulah Luqman menasihati anaknya (yang artinya), “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (Luqman : 13). Para ulama menjelaskan, bahwa syirik disebut kezaliman karena orang yang berbuat syirik telah mempersembahkan ibadah kepada sesuatu yang tidak berhak menerimanya. Dan syirik inilah bentuk kezaliman yang paling berat dibandingkan kezaliman lainnya.

Hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa perjuangan untuk menegakkan keadilan harus dimulai dengan mendakwahkan tauhid, karena tauhid inilah keadilan yang paling adil –sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayyim- sedangkan syirik adalah kezaliman paling zalim. Sementara keamanan dan hidayah tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang beriman dan bersih dari syirik. Demikian materi singkat yang Allah mudahkan kami untuk menyampaikannya, semoga bermanfaat bagi kita.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/belajar-tauhid-at-tarbiyah-bagian-3/